Genre : Romance, Sad.
Main cast : Huang Zi Tao, Park Hye Mi, Kim Min Woo, Jung Yoo Geun.
Length : Oneshoot.
Author : Piyoo
Rated : T
Note : FF ini author buat 2 tahun lalu, kira-kira pas author kelas 7. Jadi, gaya bahasa masih rada kekanakan gitu. Mian ya, FF ini dari sono emang kaga pake poster hehehe.
Seoul, Winter (2012)
Huang Zi Tao, namja cool nan ganteng ini merupakan namja keturunan Chinese dan Korean. Tao, begitulah ia disapa. Tao juga termasuk ulzzang di China, dan di Korea reputasinya juga tidak terlalu buruk. Banyak yeoja yang menyukainya. Siapa pun yakin bila Tao mengutarakan perasaannya pada seorang yeoja, yeoja itu tidak akan mungkin menolaknya. Sayangnya, Tao bukanlah tipe orang yang terlalu mudah menyukai seseorang. Cool. Itulah aura pertama saat bertemu dia. (Author: Udah ah jangan banyak ngemuji Tao, entar dia gede kepala lagi.. Lanjut #abaikan)
Butir demi butir benda yang berwarna putih itu berjatuhan hingga menutupi seluruh tempat outdoor di Seoul. Akan tetapi, benda itulah yang sangat disukai setiap orang. Salju. Kegembiraan dirasakan semua orang, tidak terkecuali Tao. Setelah berpakaian musim dingin lengkap, ia segera keluar dari rumahnya dan merasakan butiran dingin itu.
“Hey, Huang Zi. Aku yakin aku bisa melemparkan banyak bola salju padamu sebelum kau melemparkan satu bola salju pun.” seru Minwoo, terdengar seperti menantang.
“Oh yeah? Mari kita lihat!” Tao tak mau kalah. Tao mengambil segenggam salju kemudian membentuknya seperti bola, bola salju Minwoo telah siap dan tanpa menunggu lama ia melemparkan bola salju itu kepada lawannya. “Kau harus lebih fokus Minwoo. Tembakanmu melenceng. Hahaha!” tawa Tao. Tao melemparkan bola saljunya, Minwoo menunduk sehingga tidak kena.
“Aish! Apa yang kau lakukan!!” pekik seorang yeoja. Bola salju itu mengenai mukanya. Wajahnya terlihat pucat sehingga agak membuat Tao panik.
“Mianhae, aku tidak sengaja. Biar aku bersihkan muka.” Tao menatap sinis Minwoo. Minwoo membalasnya dengan sebuah mherong.
“Andwae!” yeoja itu menepis tangan Tao yang ingin membersihkan wajahnya.
“Hey, sakit tau! Tidak bisakah kau sopan sedikit?!” Tao sedikit berteriak, karena yeoja itu sudah pergi menjauh. “Arraseo! Gomawo!” matanya menuju kea rah Minwoo.
“Untuk apa?” Minwoo bingung.
“Untuk semua yang terjadi tadi!” Tao berlari ke rumahnya.
“Hey itu kan salahmu!” kata-kata Minwoo itu dibalas dengan hantaman kuat pintu rumah Tao.
***
Pagi yang cerah, tetapi tetap saja dingin. Tao tidak ingin lekukan lekukan indah –six pack- di badannya menjadi rusak akibat musim dingin karena ia malas beraktivitas. Untuk itu, ia memutuskan akan pergi ke taman. Setidaknya, ia berolahraga ringan disana. Pakaian musim dingin lengkap dengan sarung tangan dikenakannya. Ia berjalan kaki walau dingin menusuk tubuhnya. Sesampainya ia di taman, ia langsung berolahraga ringan. Memang tidak ada keringat, tetapi bisa menghangatkan tubuhnya. Lelah berolahraga ringan, ia melihat ada satu bangku taman yang hanya diduduki seorang yeoja. Ia berlari ke sana, kemudian duduk di bangku itu. Yeoja itu menatap pelan pada Tao. Ia mengemasi barangnya, kemudian berdiri untuk pergi. Tapi, Tao menahannya dengan genggaman tangannya.
“Tidak sopan jika kau pergi begitu saja.” ucap Tao. Tangannya dingin sekali.. “Bahkan, kita belom berkenalan.. emm.. Arraseo, joneun Huang Zi Tao imnida, Tao.. Mianhae untuk yang kemarin. Siapa namamu?”
“Hyemi, Park Hye Mi imnida.” jawabnya pelan, “Lupakan saja.”
“Senang berkenalan denganmu, Bisakah kita bertemu lagi? Di taman ini, besok.” tawar Tao.
“Hmm… Arraseo.” tampak lekukan indah –senyuman- di wajahnya.
“Mianhae, aku tak bisa berlama-lama.. Pai pai!”. Hyemi membalasnya dengan senyuman. Kemudian, Tao pergi menjauh. Berlari menuju rumahnya.
***
“Sudah lama menunggu?” seperti janjinya, Tao menemui Hyemi. Yeoja yang awalnya ia anggap aneh, namun kini ia mulai tertarik padanya.
“Anio.” Jawab Hyemi pelan.
“Kau suka menggambar emm…” Tao mengingat-ingat, “manga?”
“Ne, aku senang menggambar manga dan karikatur.” Hyemi menunjukan gambar manga yang baru setengah ia selesaikan.
“Kau bisa menggambar mangaku?” pinta Tao, “Bagaimana jika sambil meminum coklat hangat di kedai itu?”
“Arraseo.” Hyemi tersenyum kembali. Mereka berjalan beriringan menuju kedai itu, memasukinya kemudian menduduki meja yang kosong. Hyemi membuka mantelnya, karena udara di kedai begitu hangat akibat penghangat ruangan.”
“Ahjumma.. Aku pesan dua gelas susu coklat hangat ya..” Tao mengalihkan pandangannya pada Hyemi, “Aku ingin liat kau melakukannya.”
Hyemi mengambil salah satu pensil di tempat pensilnya, kemudian ia mulai menggoreskannya pada kertas gambar. Kepala, rambut, mata, hidung hingga akhirnya kaki. Ia memberikan beberapa goresan pensil yang sedikit dimiringkannya pada beberapa bagian, kemudian membuat sedikit kantung pada mata Tao.
“Hey, aku terlihat seperti panda yang kelaparan -kurus-!”
“Oppa memang mirip panda. Gambar ini mirip sekali dengan oppa! ”Hyemi menghembuskan angin dari mulutnya, kemudian menyeruput sedikit demi sedikit susu coklat hangat yang telah diantarkan oleh seorang ahjumma saat ia sedang menggambar.
“Dasar kau ya!” Tao mencubit pipi Hyemi pelan. Semuanya terdiam, tampak rona merah pada pipi Hyemi –malu-. “Kau ingin pulang? Bolehkah aku mengantarkanmu?”
“Ne^^”. Hyemi dan Tao berjalan kembali ke taman untuk mengambil sepeda Hyemi, Tao membonceng Hyemi dan mengantarnya pulang. Rumah Hyemi dan Tao tidak terlalu jauh, jadi Tao akan kembali ke rumahnya dengan berjalan kaki.
***
Tao POV’s
Kumatikan penghangat ruangan yang sedari kemarin terus menyala tanpa henti kemudian kukenakan pakaian musim dingin lengkap. Kubuka pintu rumahku, berjalan menjauh dari pintu itu.
“Huang Zi, kau ingin bertemu yeoja itu? Hahaha kukira kau perang dingin dengannya ternyata kalian begitu hangat!!” teriak Minwoo.
“Bagaimana kau tau?” aku bertanya-tanya.
“Sudah kubilang sejak dulu, aku tau apa yang kau lakukan, panda. Hahaha!” tawa Minwoo begitu keras.
Aku tak menghiraukannya, langsung saja aku meninggalkan tempat itu.Menyusuri jalan yang dingin, hingga sampai di tempat yang kutuju. “Annyeong!” kuketuk pelan pintu rumah itu. Tak ada jawaban, kucoba membukanya. Tak terkunci. Tanpa menunggu aku langsung memasuki rumah itu, mencari-cari sosok yang mulai kusukai. Ah itu dia, duduk di kursi piano. “Annyeong Hyemi! Sedang apa?”
“Annyeong oppa. Seperti yang oppa lihat.” ia menjawab dengan suara lembutnya yang khas. Tidak terdengar alunan melodi, tanpa sengaja aku melihat ia menyembunyikan tangannya, ia merasakan tatapanku “emm… gwenchana oppa, aku tidak apa-apa. Aku hanya keram, ini sudah biasa terjadi..” ia tersenyum, “Aku ingin sekali membuatkan oppa sesuatu tetapi tanganku keram, oppa bisa mengambil minum yang oppa suka di kulkas.”
“Oppa tidak haus..” aku tersenyum, sejujurnya aku khawatir dengan kondisinya. Tetapi, tatapan matanya seperti berkata Aku tak apa, oppa. Tak usah khawatir.. Kuambil gitar yang tergeletak di sofa, aku mencoba membuatnya senang. Kunyanyikan sebuah lagu mellow yang aku senangi. Ternyata ia menikmatinya. Tampak dari gerakan kepalanya yang seperti menari-nari walau masih dengan posisi tangan yang bersembunyi.
FLASHBACK
Hyemi POV’s
Jari-jariku menari-nari di tuts-tuts piano, sehingga terdengar alunan melodi yang sangat indah. Tanpa sadar kepalaku juga ikut menari. Aku sangat menikmatinya. “Akhh… Aigo, tanganku.. Tanganku, sakit sekali.. Ottokhae?” kurasakan sakit yang luar biasa pada tanganku. Tanganku, tanganku gemetar. Tanganku tak kuasa menahan rasa sakitnya, begitu pula aku. Rasanya sakit sekali. Aku coba mengambil sapu tanganku, kemudian kugigit. Dan, aku berteriak dalam sapu tangan itu. Itu bertujuan agar tidak ada seorang pun yang mendengarnya.
“Annyeong!” terdengar suara seorang namja dan suara ketukan pintu, aku mengenal suara itu Aigo itu Tao oppa, ottokhae?. Kuambil sapu tangan yang kugigit, lalu kuletakkan kembali.. “Krekk..” suara pintu yang terbuka. Sehingga tanpa berpikir panjang langsung saja kusembunyikan tanganku yang masih terasa sangat sakit itu.
FLASHBACK END
***
Author POV’s
Tampak seseorang mengendarai sepedanya menyusuri jalan yang sedikit licin akibat salju yang masih turun. Ia berhenti di salah satu rumah dan memarkirkan sepedanya. Ia mendekati pintu rumah itu, “Annyeong haseyo oppa!” ia mengetuk pintu itu dengan pelan.
Namja yang mendiami rumah itu, kemudian membukakan pintu. Ia sedikit menguap “Annyeong.. Aigo, Hyemi?! Mianhae, aku tampak berantakan sekali begitu juga rumahku.” Penampilannya kacau sekali, rambut yang berantakan dan masih mengenakan piyama. “Silahkan duduk, mianhae harus menunggu tapi aku berbenah dulu ya.” Hyemi mengangguk pelan.
Setelah selesai berbenah, Tao kembali ke ruang tamu sambil membawa dua cangkir susu coklat hangat dan beberapa makanan ringan. Mereka menikmatinya bersama. Tao membuka pembicaraan “Ada yang ingin aku berikan untukmu.”
“Mwo?” betapa terkejutnya Hyemi saat Tao memberikan miniatur gadis manga yang kira-kira setinggi 5 inci dan ada pula sarung tangan musim dingin yang bergambar manga. “Aigoo… How cute!! Gomawo oppa!” seru Hyemi. Kemudian, Hyemi meraba tasnya dan mengeluarkan sepasang dua boneka panda yang menggunakan hanbok. Yang satu namja dan yang satu lagi yeoja, dan ada juga sarung tangan musim dingin bergambar panda. “Yang namja untukku dan yang yeoja untuk oppa. Semoga oppa selalu mengingatku dengan boneka panda ini, begitu pula aku. Aku akan selalu mengingat oppa dengan boneka panda ini.” Hyemi memberikannya pada Tao.
“Aku akan selalu mengingatmu, tak akan mungkin aku melupakanmu..” Tao mengambil boneka dan sarung tangan musim dingin itu.. Keduanya terdiam, masih terpaku antara satu sama lain. Kemudian suasana menjadi dingin. Tao mendekatkan kepalanya, begitu pula Hyemi. Tapi, saat kepala mereka sudah sangat dekat Hyemi menundukkan kepalanya. Tao mendekatkan bibirnya, melihat Hyemi menundukkaan kepalanya. Tao menahan perilakunya, mengangkat kepalanya ke dahi Hyemi. Dan, memberikaan ciuman, ciuman kasih sayang dan persahabatan. Tangan Hyemi gemetar dan terasa sedikit sakit. Tao menyadarinya, kemudian berkata “gwenchana..”
***
One year later..
Semenjak liburan musim dingin usai, Tao tak pernah melihat Hyemi lagi. Ia sibuk menyusun skripsi agar ia dapat cepat-cepat lulus dari universitas. Ia tak pernah berkunjung ke rumah Hyemi lagi. Hari ini, Tao ingin mengunjungi Hyemi. Mengajaknya menghadiri pesta kelulusan Tao yang berlangsung beberapa minggu lagi. Ia menginjakkan kakinya pertama kali di depan rumah Hyemi setelah telah lama tidak bertemu dengannya. “Annyeong Hyemi-ah!” ia mengetuk pintu rumah Hyemi. Namun, tidak ada balasan ia melakukannya berkali-kali. Dan ia yakin rumah itu kosong. Seorang anak laki-laki kecil, tetangga Hyemi tampa sedang bermain di pekarangan rumahnya. Tao menghampirinya.
“Yoogeun-ah! Dimana Hyemi?” tanya Tao.
“Hyung benar-benar ingin menemui noona?” Yoogeun meyakinkan Tao. Tao hanya mengangguk. “Ayo ikuti aku!” Tao mengikuti tiap langkah kaki Yoogeun. Hingga akhirnya, mereka berhenti di sebuah makam yang nisannya bertuliskan ‘R.I.P Park Hye Mi’ “Noona meninggal akibat penyakit anemia yang di deritanya..”
“Anio.. Hyemi masih hidup, ini bukan dia!!” Tao sungguh terkejut. Air mata yang dibendungnya pun tak kuasa ia bendung lagi, air mata itu mengalir membasahi pipinya. Ia tak percaya apa yang ia lihat saat ini. “Hyemi, kau tau? Kita selalu ditemukan saat musim dingin. Dan kau tau? Setelah lama tak bertemu, di musim dingin ini kita bertemu lagi dengan kau yang telah meninggalkanku.. Kau tidak mati, kau tetap hidup di hatiku, Hyemi. Kau adalah gadis salju ku, my snow girl yang tidak akan mungkin aku lupakan selama hidupku. Semoga kau bahagia di sana..” Air mata demi air mata Tao jatuh di makam Hyemi, Hyemi dapat merasakan kesedihan Tao walau tak berada di sisinya lagi. Setelah mengunjungi Hyemi, ia kembali ke rumah Hyemi. Sepanjang ia terus memikirkan Hyemi, Jadi inilah rasa sakit yang disembunyikan Hyemi padaku.. Tao memasuki rumah Hyemi dan melepaskan semua rindu dan kenangan di sana.
END